Kata mutaaba’ah berasal dari kata taaba’a. Kata ini memiliki beberapa pengertian. Di antaranya, tatabba’a (mengikuti) dan raaqaba’ (mengawasi). Dengan demikian, kata mutaaba’ah bererti pengikutan dan pengawasan. Yang dimaksud dengan mutaaba’ah sebenarnya adalah mengikuti dan mengawasi sebuah program agar berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Kata mutaaba’ah sama dengan kata pengendalian di dalam konsep pengurusan. Berbeza dengan mutaaba’ah, muhasabah tidak mengikuti dan mengawasi sesebuah program agar berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Kata muhasabah berasal dari kata hasaba. Kata itu bererti, antara lain, jaazaa wa ‘aaqaba (mengganjari dan menghukum). Jadi, kata muhasabah bererti pengganjaran dan penghukuman. Yang dimaksudkan dengan kata itu sebenarnya adalah mengganjar yang telah menjalankan sebuah program sesuai dengan yang telah direncanakan dan menghukum yang telah menjalankannya tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Kata itu tidak dimuatkan dalam konsep pengurusan secara umum.
Sebahagian dari kita menolak mutaaba’ah kerena di dalam benak mereka yang terbayang dari kata itu adalah orang melaporkan apa yang telah mereka lakukan dalam rangka menjalankan program-program yang direncanakan, yang biasanya berupa amal-amal ‘ibaadah, seperti salat jamaah, qiyamullail, al-ma'thurat, tilawah, puasa sunat dan kemudian mereka berpendapat bahawa itu adalah riyaa. Sebenarnya tidak seperti itu.
Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Siapa di antara kalian yang hari ini berpuasa?” Abu Bakar radhiyallahu ‘anh menjawab, “Saya.” Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Siapa di antara kalian yang hari ini menziarahi orang mati.” Abu Bakar radhiyallahu ‘anh menjawab, “Saya.” Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Siapa di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?” Abu Bakar radhiyallahu ‘anh menjawab, “Saya.” Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar radhiyallahu ‘anh menjawab, “Saya.” Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak berkumpul hal-hal ini di dalam diri seseorang kecuali dia akan masuk surga.” Hadits di atas diriwayatkan oleh Muslim (1/421-422 dan 2/382) dan Al Bukhari di dalam Al Adabul Mufrad (hal 157) dari jalan Marwan, yaitu Al Fazari, dari Yazid, iaitu Ibnu Kaisan, dari Abu Hazim Al Asyja’I, dari Abu Hurairah. Al Albani di dalam As-Silisilatush Shahiihah (1/133) menyebutkan bahawa hadist ini juga diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir di dalam Taarikh-nya (juz 9/288/I) dari jalan itu.
Apakah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam itu bererti Abu Bakar radhiyallahu ‘anh telah riyaa? Tentu tidak! Kerena beliau hanya sekadar menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dan tidak bermaksud riyaa dengannya.
Demikian pula, kita tidak riyaa hanya kerena kita menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam mutaaba’ah. Sebab, hal itu diadakan tidak dengan maksud agar kita riyaa melainkan agar dapat diketahui apakah kita dengan baik telah menjalankan program-program yang telah direncanakan. Bahawa kemudian di antara kita ada yang bermaksud riyaa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan mutaaba’ah, itu bukanlah salah mutaba’ah. Yang salah adalah dia yang bermaksud riyaa.
Sememangnya, hadits itu bukan tentang mutaba’ah Rasulullah shallaahu ‘alaihi wasallam terhadap para sahabat beliau radhiyallahu ‘anh, tetapi tentang ajaran beliau bahwa hal-hal itu dapat membuat mereka masuk syurga. Akan tetapi, di dalam hadits itu terdapat dalil bahawa sekadar menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang amal-amal ‘ibaadah sebagaimana di dalam mutaba’ah tidak bererti riyaa.
Sebagaimana salah satu konsep pengurusan, mutaba’ah sebetulnya satu keperluan penting. Ini kerena tanpa mutaba’ah manajemen tidak sempurna. Padahal di dalam kaedah fikih dikatakan, “Apa yang tanpanya sesuatu yang waajib tidak sempurna adalah waajib.” Kesempurnaan fungsi-fungsi pengurusan adalah perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian. Mutaaba’ah adalah pengendalian.
Ayuh kita berusaha!
Sumber : Mutabaah satu keperluan
0 ilhamNya:
Post a Comment